--> Cara Membiasakan Anak bangun pagi | PAUD BAITURROHMAN SUKARAJA
PAUD BAITURROHMAN SUKARAJA

BLOG INFORMASI PENDIDIKAN PAUD

Saturday, April 20, 2019

Cara Membiasakan Anak bangun pagi

| Saturday, April 20, 2019
AnggunPaud - Malam itu, selepas mengisi kultum di musala, ada seorang ibu yang memberanikan diri mengacungkan jarinya dan bertanya kepada saya. “Pak, saya mempunyai dua anak laki-laki yang susah sekali untuk dibangunkan saat waktu subuh. Tidur mereka begitu pulas. Padahal saya sudah mencoba membangunkan dengan suara keras, namun mereka malah menutup telinga, menarik selimutnya rapat-rapat, dan tak satu pun dari mereka yang bangun. Jadinya anak saya sering sekali terlambat untuk salat subuh. Bagaimana solusinya ya, Pak?,” kata si Ibu.
“Bu, pernahkah ibu membayangkan, bagaimana saat di kamar anak ibu, terjadi kebakaran dan kebetulan terjadi di saat subuh, saat kedua putra ibu terlelap tidur. Apa yang akan ibu lakukan,” kata saya. “Pasti saya akan bangunkan mereka dengan cepat, Pak” “Namun, bukankah anak ibu sulit untuk dibangunkan?” “Memang, Pak. Namun saya akan berusaha keras bahkan sekalipun dengan cara menyeretnya. Yang penting mereka selamat,” kata ibu menjawab. “Nah, kegigihan dan usaha keras demikianlah yang dilakukan untuk menyelamatkan mereka dari api dunia. Maka lakukanlah hal yang sama untuk menyelamatkan mereka dari pedihnya siska akhirat,” kata saya.
Selepas itu, saya pun bercerita pada si ibu tentang bagaimana kegigihan ayah saya dulu membangunkan saya untuk melakukan salat subuh saat kecil. Saya masih ingat betul sewaktu kecil sering dimarahi oleh orang tua saya. Orang tua saya adalah orang yang taat beragama. Setiap kali saya meninggalkan salat, saya selalu dimarahi dan dipukuli. Namun sampai saat ini saya tidak pernah membenci kedua orang tua saya. Justru saya bersyukur dengan cara mendidik kedua orang tua saya yang sedikit keras, sehingga dapat membentuk saya sekarang yang tidak lalai terhadap kewajiban untuk melaksanakan salat lima waktu. Sikap keras orang tua saya adalah bentuk ketegasan mereka agar anaknya tidak meninggalkan salat sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan setiap orang.
Saya pun masih ingat beberapa cara yang dilakukan oleh orang tua saya dan belajar dari guru-guru saya bagaimana membangunkan anak salat subuh.
Pertama, komunikasikan dengan anak untuk mencoba bangun lebih pagi untuk melaksanakan salat subuh. Diskusikanlah dengan anak sebelum tidur atau saat ada momen yang tepat bersama anak untuk membicarakan perihal bangun lebih awal. Jelaskan pula keutamaan orang-orang yang suka bangun pagi-pagi sekali yang bisa memotivasi anak untuk bagun pagi.
Kedua, setiap pagi pasanglah peranti pengingat, misal alarm, yang berbunyi di rumah. Sekarang ini alarm digital sudah tersedia di telepon genggam, di mana penggunaan dan pengaturannya sangat mempermudah orang tua untuk memasangnya.  
Ketiga, saat anaknya tidak kunjung bangun, maka ayah akan bicara dengan lemah lembut. “Nak, ayo bangun. Sudah waktunya salat,” atau dengan kata-kata lain yang diucapkan  dengan penuh cinta dan pengertian.
Keempat, nyalakan lampu. Biasanya anak akan melakukan gerak reflek menutup mata dengan tangan jika lampu dinyalakan, namun toh dia akan terbangun secara perlahan.
Kelima, berikan kesempatan anak belajar bertanggung jawab. Mintalah anak lebih bertanggung jawab terhadap pola tidur mereka. Artinya, mereka harus belajar untuk bangun tanpa bantuan orang lain. Selain itu, buatlah batasannya. Misal, ayah saya akan membangunkannya satu kali saja. Jika orang tua masuk ke kamarnya empat kali di setiap pagi, mereka tidak akan merasa punya tanggung jawab untuk bangun pagi, karena berpikir bahwa orang tua mereka akan membangunkannya.
Keenam, ajarkan mereka kiat bangun pagi. Minta mereka untuk mencatat setiap hari, pukul berapa mereka tidur dan kapan mereka bangun untuk melaksanakan salat subuh. Lakukan ini selama beberapa minggu. Perhatikan sejauh mana perubahan pada pola tidur dapat membantu mereka bangun lebih pagi. Misal, orang tua dapat memintanya menyelesaikan pekerjaan rumah dan belajarnya sebelum pukul 19.00, serta tidur lebih awal daripada biasanya.
Ketujuh, saat anak sulit sekali dibangunkan, motivasikan manfaat yang bisa didapat setelah  menunaikan salat subuh. Contoh, “Nak, kalau kamu salat subuh, maka Allah akan mempermudah urusanmu, Allah akan tambah menyayangimu, dan lain sebagainya yang membuat anak semangat beribadah.
Kedelapan, menggendong anak sampai ke kamar mandi. Ini mungkin kebiasaan yang jarang dilakukan oleh orang tua sekarang. Tapi dulu ayah saya sering menggendong saya sampai ke kamar mandi, karena saya sulit bangun pagi. Tak jarang saya dimarahi ayah saya.  
Kesembilan, selepas berwudhu, kerjakan salat subuh secara berjamaah. Yang dilakukan ayah sebelum salat subuh secara bersama adalah menata sajadah dan meminta saya untuk mengumandangkan iqomat. Hal ini dilakukan setiap hari hingga tak terasa bahwa salat subuh sudah menjadi sebuah rutinitas pagi.
Kesepuluh, jauhkan anak dari televisi. Mintalah anak untuk mengurangi jam menonton televisi yang berlarut-larut. Sebab biasanya jika sudah menonton televisi di malam hari, anak lupa akan waktu. Untuk itu, orang tua bisa membatasi jam untuk menonton televisi, sehingga anak bisa bangun lebih pagi.
Kesebelas, berikan penjelasan pada anak bahwa waktu salat subuh adalah sebaik-baik waktu untuk berdoa dan meminta segala sesuatu pada Allah. Selain itu, waktu subuh adalah sebaik-baik waktu untuk mengingat Allah dan menenangkan diri untuk melepas segala keresahan dan persoalan diri, yang mampu membuat hati dan pikiran anak menjadi tentram. Dengan cara seperti ini, anak akan menyempatkan diri untuk berkomuikasi dengan Allah dan berdoa meminta segala sesuatu yang diingikannya.
Dari kesebelas cara ini, kita menjadi tahu bahwa kuncinya ada pada seberapa gigih dan sebarapa keras usaha yang dilakukan orang tua untuk membuat anaknya bangun salat subuh di waktu pagi hari. Ternyata usaha kita sebagai orang tua selama ini belum maksimal. Seringkali kita memanjakan anak dengan beranggapan tidak tega, tak apa lah, kasihan dia, biarkan saja tidur toh masih kecil, dan lain sebagainya. Akan tetapi anggapan demikianlah yang kelak akan menyengsarakan diri sendiri dan anak.
Membiarkan anak terlelap tidur di waktu subuh bukanlah bentuk kasih sayang, namun sama halnya menanam kebiasaan buruk yang berdampak pada kerugian di masa mendatang. Pepatah yang tepat untuk ini: “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. *
By M Hamid Samiaji
sumber gambar : https://www.islampos.com

Related Posts

No comments:

Post a Comment