Anggunpaud - Ada banyak kemunduran di era
sekarang terutama dalam ilmu keagamaan. Modernitas mau tak mau telah
membawa perubahan dalam banyak hal. Banyak anak-anak dan generasi kita
sekarang cenderung menganggap ilmu agama sebagai ilmu yang terpisah dan
cenderung kurang diperhatikan.
Padahal dulu, ilmu agama dianggap sebagai yang pokok, sebab
disana pula ada ilmu-ilmu yang bersifat duniawi. Alhasil, saat ini
banyak anak muda buta huruf Al-quran dianggap sudah biasa. Terlebih saat
ini makin berkurang alim ulama yang ada di masyarakat sekitar kita.
Alim atau ulama sekarang cenderung kurang begitu dihormati dan jarang
dijadikan rujukan belajar agama. Yang jamak sekarang ini, orang mesti
memasuki sekolah Islam atau pondok pesantren modern untuk mendapati ilmu
agama yang komprehensif.
Kapan sebenarnya anak-anak kita diajak untuk mengenali atau
belajar Al-Quran?. Sedini mungkin, itulah jawabannya. Imam Syafii
misalnya menghafal Quran dalam usia tujuh tahun. Sungguh usia yang
sangat dan amat belia. Hal ini karena anak-anak masih murni dan suci
pikiran dan hatinya. Kisah ini bisa dibaca di buku Biografi Imam Syafii
(2007) karya Tariq Suwaidan terbitan Zaman.
Dahulu, orang bila ingin menjadi orang besar, guru atau menguasai
ilmu, rujukan mereka adalah para alim atau ulama. Di negeri kita
sendiri, murid atau anak ulama biasanya menjadi orang besar. Gus Dur,
hanya salah satu contoh bagaimana pendidikan Quran dimulai sejak dini.
Dalam buku lain, kita bisa melacak usia yang tepat anak-anak diajak
belajar membaca Al-Quran.
Buku berjudul dari lokal ke Internasional;seperempat abad Gerakan
Tk Al-Quran (2014) karya H.Chairani Idris menulis : Keberadaan TK
Al-quran berangkat dari sebuah keprihatinan. Ternyata, ada banyak orang
Islam, khususnya anak-anak muda, tak mampu membaca kitabnya sendiri.
Dengan kata lain, buta huruf Alquran berjumlah tak terhingga. Bahkan di
tahun 1950-an melek huruf Al-quran kurang dari 19%. Tahun 1980 menjadi
56%, dan tahun 1990 mencapai 60-70%.
KH.Asad Humam mencetuskan metode belajar mengajar Iqrayang
terdiri dari 6 jilid tipis. Dengan buku tersebut, semua umur mudah
mempelajari Al-quran. Ternyata pula, anak usia 3 tahun dengan mudah
dapat mempelajari Iqra. Kedudukan kitab suci sendiri begitu penting.
Oleh karena itu pengenalan terhadpa BTA (Baca Tulis Al-quran) mesti
dimulai sedini mungkin.
Pengenalan Al-quran bisa dimulai dari keluarga. Bila keluarga
sudah mengenalkan Quran sejak dini, tentu saja ini akan membekas dalam
kehidupan anak. Bila anak sekolah di Sekolah Negeri, tentu saja ini
kesempatan yang baik bagi orang tua untuk mengajarkan Al-quran dari
keluarga. Namun bila orang tua belum mampu mengajari membaca Al-quran,
maka baiklah dipakai metode terdahulu dengan mendatangkan guru ngaji
atau mengajak anak-anak ikut TPA (Taman Pendidikan Al-quran) di masjid
masing-masing desa.
Kebutuhan pengajaran Quran sejak dini bukan sekadar memberantas
buta huruf Quran, tetapi untuk menggali spiritualitas Al-quran sendiri
sebagai cahaya, penuntun dan pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari. *
*Arif Yudistira, Pengasuh MIM PK Kartasura, Peminat Dunia Pendidikan Dan Anak, Penulis Buku Ngrasani (2016)
pos by Admin Baiturrohman
Tuesday, April 11, 2017
Home » » Ajak Anak Belajar Quran Sedini Mungkin
Ajak Anak Belajar Quran Sedini Mungkin
pospaudbaiturrohman | Tuesday, April 11, 2017
No comments:
Post a Comment